VISI.NEWS | SOREANG – Jelang tahapan pendaftaran bakal calon Bupati/cawabup bulan agustus mendatang, akhirnya tiga partai yakni Golkar, PKS, DAN PDIP mendeklarasikan poros koalisi sebagai penantang koalisi petahana yakni koalisi Bedas yang terdiri dari lima partai, PKB, Nasdem, Demokrat, Gerindra dan PAN.
Koalisi tiga partai ini mengusung jargon Bandung Alus Pisan.
Ketua Jamparing Institut Dadang Risdal Azis mengatakan bahwa peta kekuatan tiga partai koalisi ini secara kasat mata memang kalah glamor dan kalah jumlah, ibarat dalam pertandingan sepak bola koalisi penantang ini seperti tim sepakbola yang akan melawan jumlah pemain yang lebih banyak dibanding timnya.
“Ya ibarat, dalam sepakbola 11 pemain melawan 8 pemain,” katanya, Senin (8/7/2024.
Tetapi pilkada bukan sepak bola bukan pula seperti pemilu legislatif, lanjut kang Daris sapaan akrabnya, dan tidak melulu tentang jumlah pemain yang ada di tengah lapangan. Melainkan melibatkan seluruh elemen, penonton, sponsor dan perangkat pertandingan. Pun demikian meski hanya mengandalkan tiga partai, 20 kursi parlemen dan 38 persen perolehan suara pileg, pertarungan antara koalisi petahana dengan penantang akan sengit.
“Faktor popularitas, elektabilitas dan soliditas serta kerja-kerja politik baik mesin partai maupun peran relawan sangat menentukan raihan suara di lapangan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa petahana memang sangat diuntungkan dengan kondisi saat ini. Penguasaan jejaring dari berbagai lini, sisi kanan kiri depan belakang atas bawah sangat dimungkinkan digerakan dan dikendalikan dengan relasi kuasa sebagai pimpinan wilayah,” tuturnya.
Ia menyebut bahwa hal ini telah terbukti dengan munculnya partai yang dipimpin Bupati menjadi pemenang pileg untuk pertama kalinya di kabupaten Bandung.
“Sejarah yang fenomenal, Ditopang oleh koalisi besar yang melibatkan lima partai politik, tentu ini menjadi modal utama guna meraih kemenangan kursi bupati untuk kedua kalinya,” ucapnya.
Sementara itu, bagi koalisi penantang meski hanya tiga partai, tetapi tidak bisa menganggap mudah untuk mengalahkan. Entah kebetulan atau tidak koalisi ini terdiri dari partai-partai yang memiliki basis massa ideologis.
“Tiga partai ini dikenal punya pemilih setia, solid dan militan. Ini menjadi modal pertama dan utama. Selain itu profil syahrul dan gun-gun sudah sangat familiar di masyarakat Kabupaten Bandung dan keduanya memiliki elektabilitas yang tinggi. Syahrul gunawan selain dikenal sebagai artis yang memiliki popularitas tinggi, dikenal sebagai politisi yang cerdas dan bisa menempatkan diri di berbagai kondisi,” katanya.
Dari pengamatannya, sosok Sahrul tangguh saat menghadapi badai tsunami politik juga isu miring yang menyerang pribadi. Termasuk Gun-gun gunawan pun sama, memiliki pengalaman politik yang panjang, pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Bandung periode 2010-2015, la terpilih menjadi wakil Bupati 2015-2020, sekarang selain terpilih menjadi anggota DPRD dapil 1 juga menduduki Ketua DPD PKS.
“Tentu ini akan menjadi modal penting saat terpilih menjadi pemimpin Kabupaten Bandung. Ditopang oleh partai PDIP sebagai partai yang mempunyai sejarah panjang sebagai partai pejuang dan memiliki militansi massa yang mumpuni. Bahu membahu dengan semangat jargon”gotong royong,” cetusnya.
Hal ini akan menjadi kekuatan besar dan dahsyat guna menghadapi kontestasi pilkada melawan petahana.
“Sisi positifnya, ada kesadaran yang tinggi dari pimpinan partai di Kabupaten Bandung, untuk keberlangsungan proses demokrasi yang utuh. Tak terbayang kalau pilkada kabupaten bandung hanya diikuti oleh satu pasangan calon. Mati suri demokrasi adalah sebuah kemunduran dan kegagalan politik dan demokrasi,” ucapnya, dengan demikian poros ini pun menjawab opini yang berkembang bahwa pilkada di Kabupaten Bandung hanya akan diikuti oleh satu pasangan calon saja.
“Masyarakat tentu menyambut baik deklarasi koalisi tiga partai ini. Ibarat dalam suatu pesta diberikan suguhan menu yang beragam dan bisa menjadi pilihan alternatif guna menyalurkan hasrat politiknya,” pungkasnya.
@gvr