Ruli Hadiana, “Dalam enam bulan menjabat bupati, RLS naik jadi 9,07 dan sekarang sudah 9,2”

Editor Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Drs. H. Ruli Hadiana, M.Ipol dan Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung Prof. Dr. H. Dadi Permadi, M.Ed, saat menerima rombongan Dewan Pendidikan Kota Probolinggo di SMPN 1 Soreang, Jumat (4/11/2022). /visi.news/aep s abdullah
Silahkan bagikan
  • Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung, Jumat (4/11/2022) menerima kunjungan Pengurus Dewan Pendidikan Kota Probolinggo. 

VISI.NEWS | SOREANG – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Drs. H. Ruli Hadiana, M.Ipol mengatakan rata-rata lama sekolah (RLS) sudah mencapai 9,2 tahun dari awalnya 8,90 tahun 2020.

“Dalam enam bulan menjabat Bupati Bandung Pak Dadang Supriatna RLS naik jadi 9,07 tahun 2021, dan sekarang sudah mencapai 9,2 tahun. Untuk tahun 2023 targetnya RLS bisa mencapai 10,” ungkapnya saat menyambut kunjungan Dewan Pendidikan Kota Probolinggo di SMPN 1 Soreang, Jumat (4/11/2022).

Hadir dalam penerimaan kunjungan tersebut Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung Prof. Dr. Dadi Permadi, M.Ed., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Drs. Ruli Hadiana, M.Ipol.,  Kepala SMPN 1 Soreang H. Enceng, S.Pd., M.Si., Ketua Komite SMMPN 1 Soreang Adang E Bunyamin, Pengawas Komarudin Shaleh, M.Pd. para guru dan siswa sekolah tersebut.

Sementara dari Dewan Pendidikan Kota Probolinggo yang dipimpin H Eko Wahyono, S.H., M.M.,  pengurus lainnya Warnoto, S.Pd., M.Pd., H Sidiq. Dr. Benny, Suyono, Joni Kuswanto, A Wahid, dan Sukirlan

Lebih lanjut diungkapkan oleh Ruli, dalam pelayanan pendidikan di Kabupaten Bandung menargetkan rata-rata lama sekolah 12,9 tahun atau rata-rata bisa kuliah di Perguruan Tinggi (PT). “Oleh karena itu, Pak Bupati akan terus membangun sekolah-sekolah baru agar bisa membuka seluas-luasnya kesempatan belajar bagi masyarakat. Rencana akan dibangun 28 SMP baru  dan 22 SMA baru. Pembangunan SMP telah dianggarkan pada APBD Kabupaten Bandung, sedangkan rencana pembangunan 22 SMA telah diusulkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat,” ujarnya.

Dikatakan Kadisdik, ini sejalan dengan Visi dan Misi Kabupaten Bandung  dalam pembangunan lima tahun ke depan terangkum dalam slogan BEDAS. “Yakni terwujudnya masyarakat Kabupaten Bandung yang Bangkit, Edukatif, Dinamis, Agamis dan Sejahtera, atau disingkat BEDAS,” ujar Ruli.

Baca Juga :  Akselerasi Penanganan Stunting, Pemkot Bandung Bentuk Tim AKS

Pembangunan BEDAS, terang Ruli, mengandung makna oembangunan secara menyeluruh dan bertahap.

“Sedangkan Misi Kabupaten Bandung adalah pembangunan yang berorientasi pada terwujudnya kesejahteraan rakyat dengan menjamin hak setiap rakyat,” tuturnya.

Penjaminan hak setiap rakyat, kata Ruli, ditempuh melalui jalan membangkitkan daya saing daerah, menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan merata, dan mengoptimalkan pembangunan daerah berbasis partisipasi masyarakat yang menjunjung tinggi kreativitas dalam bingkai kearifan lokal. Mengoptimalkan tata kelola pemerintahan melalui birokrasi yang profesional dan tata kehidupan masyarakat yang berdasarkan nilai-nilai keagamaan, dan Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip keailan dan keberpihakan pada kelompok masyarakat lemah.

“Kabupaten Bandung penyangga ibukota Jawa Barat dengan 31 Kecamatan 270 desa dan 10 kelurahan. Jumlah penduduk 3,6 juta terbesar kedua setelah Kabupaten Bogor,” ungkapnya.

Sementara Ketua Dewan Pendidikan Kota Probolinggo H. Eko Wiyono mengatakan bahwa ia dan rombongan merasa nyaman dengan sambutan yang diberikan jajaran Dinas Pendidikan dan Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung.

Saat berada di SMPN 1 Soreang, Eko dan rombongan mendapat sajian hasil karya anak-anak didik, berupa ragam jenis kesenian, dari mulai tari-tarian, silat, karate sampai pertunjukan wayang golek dari dalang siswa setempat Galih Sukiman Sunarya (Putu Sinar Giri Harja).

“Ini sekolah pasti sekolah Adiwiyata yah. Soalnya, kalau sekolah Adiwiyata, siswa dan wali kelasnya kompak, seperti atraksi-atraksi yang dipertunjukkan tadi,” ungkap Eko.

Pengurus lainnya, H. Warnoto, S.Pd., M.Pd., menilai bahwa SMPN 1 Soreang ini ‘hidup’ mulai dari kepala sekolahnya yang semangat, optimis dan guru-gurunya kompak. Banyak hal yang dilakukan dari banyaknya kegiatan ini menjadikan para siswanya juga semangat.

“Anak di rumah tergantung orang tua. Di sekolah tergantung guru. Mereka belajar dari guru mereka. Pembelajaran yang hidup, menjadikan anak didik menjadi dewasa dan pendidikan itu harus membuat anak-anak dewasa. Bebas tapi terarah,” ujarnya.

Baca Juga :  Dianawati: Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Jabar Naik Berlipat Jadi 1.400.Kasus

Suasana bebas yang terarah ini, kata Warnoto, menjadikan anak-anak di sekolah betah dan menyenangkan. Ini bebas yang  by desain. “Harus berlaku di semua sekolah tak pandang bulu sekolah minim fasilitas. Center of learning, semua fasilitas terbatas. Saya tidak setuju kalau kepsek mengatakan tidak punya fasilitasi. Alat terbatas, dana terbatas semua bisa dengan kreativitas,” pungkasnya.@asa

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Prof. Sri Adiningsih: Fondasi Ekonomi yang Sudah Baik Harus Dipertahankan

Sab Nov 5 , 2022
Silahkan bagikanVISI.NEWS | SOLO – Fondasi makro ekonomi Indonesia yang sudah baik harus dipertahankan dan diperkuat, untuk menghadapi tantangan dan perubahan global yang dinamis dan bergerak cepat. Karena fondasi penting perekonomian nasional telah dapat melewati berbagai ancaman krisis dengan baik sehingga stabilitas ekonomi makro Indonesia tetap terjaga. Pakar ekonomi Universitas […]