VISI | Wildan

Silahkan bagikan

Oleh Aep S. Abdullah

WILDAN ini orang baik. Pemuda kelahiran Bandung, 11 Oktober 1987 itu menjalani alur hidup lazimnya pemuda kebanyakan di kita. Sekolah – kuliah – melamar kerja. Semua itu telah diselesaikan dengan oleh pemilik nama lengkap Wildan Rohdiawan. Dia juga pemuda yang rajin beribadah dan banyak menenggelamkan diri pada buku bacaan.

Menjadi PNS adalah cita-cita Wildan selanjutnya untuk membantu kedua orang tuanya. Maka, ia mencoba ikut seleksi, namun tidak berhasil. Waktunya kemudian dihabiskan untuk bekerja sebagai guru honorer yang penghasilannya tidak seberapa.

Warga Kp. Bantargedang RT 03, RW 09 No. 22, Desa Mekarsari, Kecamatan Ngamprah, Kab. Bandung Barat (KBB) ini, suatu saat bertemu teman lamanya yang sukses bekerja di sebuah industri di Korea Selatan (Korsel). Ia mendengarkan succes story temannya ini dengan terkagum-kagum. Pulang ke rumah, ia bilang ke ibunya, “Mah, Wildan mau kerja ke Korea. Teman Wildan juga sukses di sana,” ungkap Wildan sebagaimana di ceritakan Iis Rochayati, ibunya.

Diam-diam, jebolan salah satu PTS ternama di Kota Bandung ini, mengikuti arahan temannya itu. Tahun 2018 lalu Wildan mengikuti tahapan proses pendaftaran program G to G Korea dan telah terdaftar di BNP2TKI . Melalui lembaga kursus bahasa Korea yang bernama Korean language centre Indonesia (KLCI) di Cisaat Sukabumi. Otaknya yang cerdas dalam tiga bulan ia dinyatakan lulus pelatihan bahasa Korea dan mendapatkan sertifikat.

Selama kursus ia sering bertemu dengan pemilik lembaga tersebut. Ia dijanjikan dibantu bekerja di Korea sebagai TKI legal dari Indonesia.

Namun, setelah Wildan memenuhi semua persyaratan administrasi dan biaya untuk proses bekerja di Korea, pemilik kursus mengatakan kuota Korea sedang penuh. Sambil menunggu, pemuda yang polos ini disarankan untuk bekerja di Thailand dulu sebagai pekerja migran legal. Ia dijanjikan gaji Rp 17jt/bln, masa kontrak satu tahun sambil menunggu kuota ke Korea.

Baca Juga :  Suheri Kiswanto Bawa Sisi Baru untuk Gaya Fashion Pria melalui Tas ANT Project

Pada November 2022 Wildan berangkat ke Thailand. Namun seperti dibuang ke laut. Sejak berangkat, kata adiknya Yulia Rosiana, yang berprofesi guru, komunikasi dengan Wildan menghilang. Keluarga tidak mengetahui keberadaan Wildan. “Baru pada Juni 2023 Wildan menghubungi keluarga, tidak mendapatkan gaji dan mendapatkan kekerasan secara mental dan fisik selama bekerja,” tutur Yulia.

Pada tgl 27 juli 2023 keluarga mengetahui keberadaan Wildan ternyata bukan di Thailand tapi di Myawaddy, Myanmar (Burma) yang jaraknya 498,6 km dari Bangkok.

Myawaddy ini daerah konflik bersenjata. Pada 6 April 2023 saja, 5.428 warga sipil termasuk lebih dari 800 anak-anak di sini mengungsi ke Thailand akibat pertempuran tentara Myanmar dan sekutunya melawan kelompok perlawanan bersenjata.

Kalau searching di google, kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di wilayah ini sering terjadi, dan KBRI kita berkali-kali menyelamatkan korban dari wilayah Myawaddy.

Wildan ada di wilayah konflik. Ia ingin pulang. Pihak sindikat yang bicara langsung memakai bahasa Indonesia dengan ibu Wildan minta tebusan uang Rp 150 juta plus harus membawa tiga calon korban pengganti Wildan.

Di sini, Wildan kerja paksa sebagai scammer (penipu). Ia dipaksa dengan ancaman penyiksaan dipukul maupun di setrum untuk melakukan penipuan secara online, berkedok penjualan suatu produk, penawaran hadiah, penipuan pinjaman, penawaran kerjasama yang menjanjikan keuntungan dan lain lain. Targetnya, bisa orang-orang Indonesia juga, termasuk yang dijanjikan kerja ke luar negeri dengan gaji besar namun akhirnya disekap seperti dirinya.

Upaya keluarga sudah dilakukan sebatas kemampuan mereka. Didampingi relawan pengacara, Yulia sudah melaporkan kasus ini ke Polda Jabar, Mabes Polri, BP2MI, Pelayanan Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) dengan berkas yang lengkap. Namun sampai hari ini belum ada progres. Sementara Wildan sendiri sejak Kamis (25/1/2024) sudah tidak ada kabar dan tidak bisa dihubungi. Keluarga sampai berharap, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa memberikan perhatian pada kasus ini, karena prosedur resmi yang ditempuh sampai sekarang dianggap belum membuahkan hasil.

Baca Juga :  Pasca Pelantikan Wali Kota Solo 6 Anggota DPRD Terpapar Covid-19

Kamar berukuran sekira 2 x 2,5 meter, berpintu warna coklat tua, di sebelah ruang depan rumah milik pasangan Iis Rochayati (61) dan Uci Hidayat (62), di sebuah gang kecil itu seperti melambangkan pilu yang mendalam. Buku-buku yang berserakan di kamar Wildan itu seperti sudah sangat rindu untuk dapat kembali bergairah dibaca penghuni kamar. Semoga, Wildan dapat pulang kembali ke Indonesia dalam keadaan selamat.

Hikmah yang bisa kita dapat dari nasib yang menimpa Wildan adalah tetap harus hati-hati dan waspada mendapat tawaran kerja dengan gaji atau fasilitas menggiurkan. Menikmati penghasilan yang kecil namun punya kebebasan berkreasi dan bisa berkumpul keluarga, masih lebih baik dari pada jadi korban kejahatan.***

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

KNPI Kab. Bandung Ajak Nobar Persib dan Debat Capres & Cawapres

Ming Feb 4 , 2024
Silahkan bagikanVISI.NEWS | BALEENDAH – KNPI Kabupaten Bandung mengajak Nonton Bareng (Nobar) Debat Pamungkas Capres & Cawapres 2024 dan juga Nobar Pertandingan Sepak Bola antara Persib Bandung Vs Persis Solo. Kegiatan ini akan diselenggarakan pada Minggu (4/2/2024) mulai pukul 15.00 WIB hingga selesai. Debat ini akan berfokus pada tema-tema penting […]